Pertanyaan :
Pacar saya datang dari keluarga kaya, namun dia tidak ingin bergantung pada keluarganya. Jadi dia kini sedang berusaha meniti karier dari bawah, dia tidak ingin bekerja di perusahaan ayahnya. Dia pun kini bergaya hidup irit. Saya bisa mengerti hal itu, tapi akhir2 ini saya merasa dia terlalu irit cenderung pelit. Apa2 dibilang mahal, harga rata2 mal disini selalu dibilang mahal, alhasil saya juga jarang ditraktir makan, nonton, dll. Saya sebenarnya tak terlalu masalah, karena saya juga sudah bekerja, tapi terus terang saja, saya tidak ingin nanti punya suami yang pelit (hubungan kami serius), meski uang memang bukan segalanya. Bagaimana menurut mas-mas? Apakah sifatnya memang pelit atau terdesak karena kondisi? Terima kasih.
-Puti, Bogor-
Jawaban :
Dear Puti,
Salah satu tantangan dalam hidup adalah kita hanya bisa mengontrol diri kita sendiri dan tidak bisa memaksa orang lain untuk menjadi seperti yg kita inginkan.
Maka yang perlu Puti renungkan adalah tentukan dengan pasti apa yang Puti inginkan.
Mencoba jujur pada diri sendiri sanggupkah Puti hidup bersama dirinya sepanjang hidupmu?
Apabila ditanya apakah memang pelit atau terpacu untuk mandiri? Hal ini bisa Puti bandingkan berdasarkan experience Puti. Apakah sejak awal kalian pacaran memang pasangan anda sudah βiritβ atau hanya akhir-akhir ini beliau lebih irit dibanding sebelumnya. Berdasarkan pemaparan Puti, menyebutkan kata βkiniβ π
Sanggupkah Puti menerima dia apa adanya?
Itu adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Puti seorang. Entah dia pelit karena terdesak, atau memang berkarakter pelit, atau dia hanya ingin menabung untuk membahagiakan Puti nanti saat menikah?
Yang pasti Janganlah menikah karena mengharap orang lain berubah.
Menikahlah karena anda tahu dengan pasti bahwa anda bisa merasa bahagia bersamanya dengan segala kekurangan dan kelebihan-kelebihannya.
Seseorang yang membuat anda merasa tenang, nyaman dan terlindungi, seseorang yang bisa membuat anda merasa seperti “di rumah” saat berada disampingnya.