Duka Diri adalah kumulatif dari emosi – emosi yang muncul dan tidak terselesaikan (berupa rasa sedih, rasa duka, rasa tidak puas, rasa dendam dan rasa-rasa lain yang tidak menyenangkan hati/negative*), yang muncul menyertai kejadian-kejadian yang kita alami di masa sebelumnya. Emosi adalah rasa yang muncul menyertai sebuah kejadian. Emosi sendiri adalah energy, “emotion ~ energy in motion”.
Apabila emosi adalah energy, maka berupa apakah Duka Diri ini?
Duka Diri adalah sebuah entity yang muncul menyertai setiap pribadi, akibat kumulatif emosi yang tidak terselesaikan (resolved). Dan mereka membutuhkan keakuan sebagai asupan untuk tetap exist.
Sebagai contoh, seseorang terkadang masih terlarut dalam kesedihan, akibat traumatik putus cinta. Hingga mereka masih tenggelam dalam kesedihan masa lalu, walaupun kejadian putus cinta itu telah lama berlalu. Terkadang energy kesedihan itu selalu muncul saat mereka memulai hubungan baru. Munculah pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran-kekhawatiran baru;
- Apakah pasangan baru ini akan menyakiti dirinya?
- Apakah hubungan dengan pasangan baru ini akan langgeng?
- Apakah hubungan ini pada akhirnya akan kandas juga dan membuat dia kembali terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan?
- Serta kekhawatiran-kekhawatiran lain yang sebenarnya belum terjadi.
Kekhawatiran yang muncul (akibat semua rasa emosi negative masa sebelumnya yang belum terselesaikan), mempengaruhi pribadi yang bersangkutan dalam melihat dan menjalani perjalanan hidupnya saat itu.
Duka Diri menjadi sebuah entity baru yang muncul, menyertai diri kita, dan kita sering teridentifikasi/mengidentifikasikan diri dengan Duka Diri ini.
Apa yang bisa kita lakukan dengan Duka Diri ini? Sama seperti kita dalam menghadapi keakuan, yaitu dengan menyadari keberadaannya. Itu adalah Duka Diri dan bukan diri kita yang sejati. Hanya itu.
*) Istilah “Negative” disini adalah relative, hanya untuk menjadi bantuan dalam identifikasi, label terhadap emosi yang tidak sesuai dengan keinginan hati (membuat bahagia, nyaman, damai, dll). Hal ini perlu dijelaskan, karena pada kenyataannya, semua itu tidak ada yang real, semua itu relative, tidak ada positive atau negative.
*) Thank you Eckhart Tole, Bless you.
jadi, intinya kita harus trima dulu ya se-ada-adanya apapun adanya itu … baru kita bisa move on … gitu?
tapi kadang2 kita (tepatnya aku) suka terlena dengan apa yang bikin kita comfort di masa lalu ya … sehingga kadang muncul sikap skeptis terhadap sesuatu yang baru yang akan kita hadapi di masa depan … padahal, ada milisnya, life is an open secret … jadi, ready or not, ya hadapi aja ya … emang mo gimana lagi?
Dear Ferry,
hidup tidak lepas dari suka dan duka
kadang kita bertanya pada Yang Maha Kuasa “mengapa kita yang harus mengalami dan bukannya orang lain saja?”
sering kita bertanya kepada orang lain “kurang apa lagi atau apa lagi yang belum kita lakukan?”
belum lagi berjuta pertanyaan pada diri sendiri saat termenung di kesendirian, di antara kerumunan orang bahkan di tengah meeting penting
adakah tips Ferry “berapa lama kita harus berduka dan kapan kita tidak boleh menengok ke belakang lagi?”
juga bagaimana kita keluar dari trauma kegagalan dan berani memulai langkah baru?
Halo Tiara,
Terima kasih telah megunjungi website saya.
Betul sekali kita menghadapi suka dan duka dalam journey kita di dunia ini.
Itulah hidup, namun ini hanya panggung sandiwara, kita tidak perlu terlalu terbawa oleh drama kehidupan. Kita adalah aktor/pemeran yang sedang memerankan sebuah peran dalam beberapa babak drama kehidupan. Setiap peristiwa adalah sekedar peristiwa, dan saya pribadipun masih dalam pembelajaran untuk tidak membawa drama kehidupan/peristiwa dihubungkan dengan pribadi.
Tips :
Berapa lama harus berduka?
Tidak ada batasan berapa lama, namun apabila kita dapat segera deal dengan peristiwa duka, dan melepaskan attachment keduakaan dengan diri sejati kita, akan lebih baik karena tidak berlama-lama terlarut dalam drama kesedihan.
Kapan tidak boleh menengok ke belakang lagi?
Masa lalu telah berlalu, tidak bisa kita rubah lagi.
Masa lalu seperti alur jalan yang kita sudah lewati dan sesekali kita lihat lewat kaca spion.
Kita harus kembali memfokuskan konsentrasi dan pikiran kita ke saat ini dan arah perjalanan kita.
Kita tidak bisa terus-terusan melihat kaca spion, karena akan membuat kita lupa keadaan saat ini dan arah perjalanan kita saat ini.
Sesekali boleh kita melihat spion untuk introspeksi dan dasar pengambilam keputusan.
Bagaimana kita keluar dari trauma kegagalan dan berani memulai langkah baru?
Hal yang paling utama harus dilakukan adalah mengetahui dan mengakui ketakutan, kesedihan, rasa kegagalan serta trauma kita.
Setelah itu kita harus melepaskan diri dari attachment rasa dan emosi di atas.
Lalu memulai langkah baru dengan ketetapan hati dan impian baru.
Memang seperti sangat mudah ditulis namun susah untuk dilakukan.
Namun hal ini seperti skills dan membutuhkan latihan, semakin sering kita lakukan, maka kita akan semakin terlatih dengan skills ini.
Monggo hubungi saya di ferry at fibriandani dotcom, saya bisa bantu lebih banyak dalam penjelasannya 🙂
Atau apabila Tiara di Jakarta, bisa datang ke truelife institute di Dharmawangsa Square #2-34.
Semoga membantu.